PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN ZAT ADDITIVE PADA CAMPURAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS YANG MENGANDUNG KADAR LUMPUR TINGGI DITINJAU DARI KUAT LENTUR DAN DEFLEKSI BALOK
Abstrak
(Setiawan, 2012), melakukan penelitian kandungan lumpur pada pasir Lumajang 3,6%, pasir Mojokerto 20%, dan pasir Jombang 18%. Persyaratan pasir untuk beton tidak boleh lebih dari 5%, jika jumlah lumpur melebihi yang disyaratkan maka kekuatan pengikatan akan berkurang, sehingga diperlukan tambahan zat additive tipe C untuk mempercepat pengikatan pengembangan kekuatan awal beton. (Pertiwi, 2014), melakukan penelitian uji kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan tambahan zat additive 15% untuk pasir Mojokerto dan 13% untuk pasir jombang. Hasil yang diperoleh untuk pasir Mojokerto mengalami peningkatan kuat tekan dengan prosentase 37,82% dan kuat tekan untuk pasir Jombang dengan peningkatan prosentase 21,29% dari beton normal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kuat lentur dan defleksi balok beton kemudian dibandingkan dengan beton normal.
Uji kuat lentur balok beton dilakukan pada umur 56 dan 90 hari, ukuran 20 x 20 x 60 cm dengan jumlah 20 buah, bahan yang digunakan adalah pasir Lumajang, Mojokerto, dan Jombang. Prosentase zat additive 15% untuk pasir mojokerto, 13% untuk pasir jombang. Penambahan 15% zat additive pada pasir Mojokerto umur 56 hari diperoleh nilai defleksi dengan prosentase penurunan 74,92%. Pada umur 90 hari nilai defleksi dengan prosentase lebih kecil yaitu 19,28 % dari beton normal. Penambahan 13% zat additive pada pasir Jombang umur 56 hari diperoleh nilai defleksi dengan prosentase penurunan 51,48%. Pada umur 90 hari nilai defleksi dengan prosentase lebih kecil yaitu 19,94% dari beton normal. Kuat lentur dan defleksi beton optimum dapat dihasilkan dengan menggunakan pasir Mojokerto tanpa penambahan zat additive pada umur 56 hari.
Kata kunci : Kuat Lentur, Zat Additive Tipe C, Agregat Halus, Defleksi
S01-5481 | 548 | Koleksi Skripsi | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain