Tingkat efisiensi luas tulangan lentur balok menurut PBI 1971 dan SKSNI 1991
ABSTRAK
Di Indonesia kita mengenal adanya peraturan konstruksi beton seperti Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 (PBI’71), Peraturan Beton 1989, SKSNI T 15-1991-03 (SKSNI’91), dan SKSNI’2002 yang digunakan sebagai acuan oleh para perencana di Indonesia dalam mendesain (merencanakan) bangunan-bangunan konstruksi beton seperti gedung perkantoran, mall, rumah sakit, gedung perkuliahan dan lain sebagainya. Masing-masing peraturan/ pedoman beton diatas mempunyai perbedaan asumsi yang dipakai. Seperti halnya PBI’71 menggunakan format CEB (International du Beton) dan dianut oleh negara-negara diEropa yang memuat dua asumsi dalam perhitungan kekuatan elemen beton bertulang yaitu prinsip perhitungan berdasarkan teori elastisitas perhitungan lentur cara-n) dan prinsip kekuatan batas, sedangkan analisa penampang pada SKSNI’91 diutamakan pada teori kekuatan batas. Dan keamanan struktur menggunakan format Load Resistance Factor Design (LRFD) yang dianut oleh Negara USA dan Canada, dan banyak dipengaruhi oleh peraturan beton Amerika ACI (American Concrete Institute). Dari kedua pedoman beton diatas akan menghasilkan perbedaan perencanaan elemen struktur beton bertulang terutama pada kebutuhan luas dimensi, luas tulangan lentur, serta luas tulangan geser yang berbeda satu sama lain. Selain itu dari hasil uji statistik tes “t” dan Analysis of Variances menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara luas tulangan lentur balok menurut PBI’71 dan SKSNI’91. Perbedaan metode antara keduanya juga mempengaruhi luas tulangan lentur balok, ini dapat dilihat dari nilai t hitung > t tabel dan F hitung > F tabel baik pada taraf signifikan 5% maupun 1%.
Kata kunci: Luas tulangan lentur, PBI 1971, SKSNI 1991, Uji “t”, Analysis of Variances.
S01-961 | 96 | Koleksi Skripsi | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain