Studi kemampuan dan kemauan membayar (Ability topay-Wlliness to pay) pengguna jasa angkutan bus trayek P1 (Purabaya-Darmo-Tanjung Perak) sebagai dampak kenaikan harga BBM di Kota Surabaya
ABSTRAK
Seiring adanya pasar bebas dunia yang menawarkan alat transportasi yang bersifat individu seperti sepeda motor dan mobil yang menawarkan fleksibilitas dan kemudahan untuk memperolehnya maka masyarakat pada umumnya banyak yang memilih kendaraan pribadi dari pada angkutan umum, apalagi didukung dengan kenaikan BBM yang cukup membuat masyarakat lebih berpikir dari segi finansial dalam memilih alat ransportasi yang mudah dan hemat biaya, dalam hal ini penulis mengambil angkutan umum bus kota pada trayek P1 (Purabaya - Darmo - Tanjung Perak) sebagai objek penelitian. Tidak dapat kita pungkiri lagi Penetapan besarnya tariff angkutan umum seringkali menimbulkan konflik kepentingan antara operator angkutan umum dengan masyarakat pengguna jasa angkutan umum Permasalahan akan muncul apabila masyarakat memiliki ATP dan WTP yang lebih rendah dari pada besarnya tariff angkutan kota yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Sehingga kondisi tersebut mempunyai akibat yang merugikan bagi masyarakat pengguna jasa angkutan umum. Terlebih bagi mereka yang termasuk masyarakat kelompok captive users yang mengandalkan angkutan umum dan tidak memiliki alternative pilihan lain. Hingga saat ini studi tentang analisa kemauan membayar tariff angkutan umum oleh pengguna jasa angkutan umum dan kelayakan finansial operator angkutan umum padat rayek P1 (Purabaya - Darmo - Tanjung Perak) belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan suatu penelitian untuk mengetahui persepsi pengguna jasa angkutan umum mengenai tarif yang dikehendaki sesuai dengan keinginan pengguna jasa angkutan umum yang tidak merugikan operator dari trayek P1 (Purabaya - Darmo - Tanjung Perak) ini. Maka setelah dilakukan survai dan Berdasarkan survai ATP maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan peningkatan tarif bus Bus P1 menjadi Rp. 5.000,-, maka pengguna bus Bus P1 masih bisa menerima kenaikan tersebut karena nilai tarif tersebut masih berada dalam lingkup kemampuan pengguna bus Bus P1 untuk membayar. Berdasarkan grafik ATP dan WTP telah terjadi titik keseimbangan tarif pada nilai Rp.5.000,. Dengan melihat isi dari kesimpulan studi diatas maka dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa pengguna angkutan Bus P1 setuju untuk membayar tariff dibawah biaya transportasi apabila mereka menggunakan kendaraan pribadi (sepeda motor). tarif angkutan Bus P1 yang berada diibawah harga bensin/liter (Rp.6500) mampu untuk mengakomodir kepentingan pengguna jasa dan penjual jasa(operator bus P1)
Kata kunci :Willingness To Pay, Ability to pay, tarif yang dikehendaki, perbandingan biaya operasional kendaraan (BOK).
S01-3951 | 395 | Koleksi Skripsi | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain