Pembuatan alat pengukur temperatur pahat pada proses pemotongan dengan mesin bubut
ABSTRAK
Dalam proses bubut hampir seluruhnya energi pemotongan dirubah menjadi panas melalui proses gesekan antara geram dengan pahat dan pahat dengan benda kerja, sehingga panas yang timbul tersebut cukup besar, yang dapat mengakibatkan terjadinya keausan pada pahat. Apabila keausan pahat tersebut lebih besar maka diperlukan gaya potong yang besar juga. Temperatur dapat mempengaruhi umur pahat, dan keausan pahat sehingga menyebabkan hasil dari proses permesinan kurang baik (kasar). Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu diketahui temperatur pahat pada saat proses pemotongan pada mesin bubut sehingga diperlukan pembuatan alat ukur temperatur pahat yang dapat dipasang pada mesin bubut yang mana dapat memberikan informasi pada temperatur berapa ujung pahat tersebut bekerja, sehingga keausan pahat dapat dihindari dengan memperhatikan batas temperatur berapa keausan pahat yang dipakai dalam proses bubut. Dari pengujian bahan ST 42 dengan putaran mesin (rpm) : 80 ; 135 ; 195 ; 300 ; 440 diperoleh tegangan emf (mV) : 0.2 ; 0.4 ; 0.6 ; 0.87 ; 1.2, didapat harga temperatur (0C) yaitu : 54.84 ; 69.64 ; 84.64 ; 105.19 ; 130.79, dengan demikian semakin tinggi putaran mesin, maka temperatur pada pahat makin tinggi, sebab jika putaran mesin dinaikkan maka nilai tegangan emf (mV) akan turut naik seiring dengan kenaikkan putaran mesin (rpm) dan karena hubungan antara tegangan emf dengan temperatur adalah regresi polinomial, maka temperatur pahat juga turut naik seiring dengan kenaikan yang terjadi pada tegangan emf (mV), yaitu mengikuti persamaan empiris T = 40.23 + 72.56 V + 2.42 V2
S02-281 | 28 | Koleksi Skripsi | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain